Jumat, 04 September 2009

Jakarta - Padang - Jakarta By Batavia Air

24 Agustus 2009


Bermula dari sebuah sms dari salah seorang adik satu Ayahku bernama Sri yang menerimanya dari sebuah nomor handphone yang dikenal sebagai nomor adik seAyah yang bungsu bernama Hikmah.Berita di sms tersebut berbunyi : bude mama koq dari tadi gak bangun bangun  dn dari mulutnya keluar darah alvian bingung karena tidak mempunyai uang dst...Adikku sri menelponku dan mengemukakan kekhawatirannya tentang adik kandungnya tersebut, kemudian ketegangan pun mulai dibangun dengan sms yang serupa dari adikku se Ayah yang lain Lutfi namanya. Kemudian kita bernegosiasi tentang tindakan apa yang harus dilakukan , karena pengirim sms berita tersebut tidak menyebutkan keberadaan nya, sehingga adikku sri menyatakan hanya bisa berdoa.


Aku berusaha menghubungi adikku atau pengirim sms tersebut tapi tidak berhasil karena jaringanya yang buruk atau gangguan cuaca sehingga sinyalnya hanphonenya buruk. Sampai akhirnya kutelepon adikku se Ibu yang berdinas di Polda Metro Jaya untuk melacak keberadaan loksai nomor handphone pengirim sms tersebut.Lalu keluar sekian nomor dan code yang menunjukkan kode daerah Reptlang Sumbar. 


Berdasarkan identifikasi hasil pelacakan Polda Jakarta itu aku menelepon ke Sumatera Barat, etapi tidak berhasil menghubungi siapapun , bahkan STO Teepon hanya seorang office boy yang mengangkat telponku. Lalu kutelpon ke Polda Mero Jaya kalau kalau punya nomor Polda Sumbar, akhirnya mendapat petunjuk untuk mencari ke Maabes Polri dan diarahkan agar menghubungi petugas jaga di Polda Sumbaryang bernama Parjono di nomor handphonenya, kuceritakan masalahku dan dia bilang siap membantu, walaupun tidak mengetahui dimana lokasi daerah bernama Reptlang tersebut di Sumbar.


Selang beberapa lama datang lagi sms yang lain memberitakan bahwa : tetangga sudah pada kumpul dan mama tetap tidak sadarkan diri, mereka bilang sebaiknya mama dibawa kerumah sakit, tetapi alvian bingung karena tidak punya uang dan terpisah dari kakaknya yang bernama Nuraini.dst......Lalu keesokan harinya datang lagi sms yang memberitakan bahwa mama sudah dibawa ke rs adnan di Payakumbuh dengan bantuan dari tetangga yang patungan uang sebesar 1 juta. Malam itu menjadi malam yang penuh ketegangan , sampai sampai aku berdebat dengan istriku dengan bertanya apakah tidak tersentuh dengan berita di sms tersebut ? Tentu saja dengan nada sewot dia menjawab "tersentuh" dan langsung meninggalkan aku tidur.


25 Agustus 2009


Dari sms inilah kemudian kami saling bertanya siapa yang harus berangkat ke Padang menengok keadaan adik bungsu tersebut di rs sakit adnan kata sms, adik saya hari tidak bersedia, lalu Mada juga tidak bersedia akhirnya diputuskan saya yang harus berangkat ke Padang dengan biaya ditanggung oleh sri. Lalu dikirimlah uang sejumlah 1 juta ke atm bcaku dn karena dikantorku juga ada tenaga ticketing yang sedang kita persiapkan menjadi sebuah usaha biro perjalanan wisata maka berangkatlah saya ke airport setelah bookingan ticketku confirm dengan pesawat Batavia Air jam 15.45 pada hari Selasa jam 25 Agustus tersebut.


Setelah menceritakan keadaanku kepada bos perusahaan tempatku bekerja , lalu berangkatlah aku ke Airport Cengkareng , setelah mampir kerumah untuk mengambil pakaian dan pamit keseluruh keluarga. Kumulai dengan naik bua kota ke stasiun Gambir dan dari stasiun Gambir tadinya akan ke Airport dengan Bus Shutlle khusus ke Airport tetapi karena waktu keberangkatannya masih lama akhirnya kuputuskan naik taxi , karena ada seorang sopir taxi menawarkan biaya hanya 70 ribu rupiah yang kupikir murah. Kemudian dari dalam bus Damri itu ada seorang yang juga mau naik taxi dan turunkan barangnya untuk naik taxi bersamaku, setelah kutanya mau tidak berpatungan membayar taxi dengan biaya masing masing 35 ribu , dia bilang hanya mau membayar 20 riu seperti jika naik bus Damri akhirnya kuterima dan bernagkatlah kita ke airport.


Sesampai di airport aku langsung cek in ke counter Batavia Air dan mendapatkan Boarding Pass dan segera menuju ke pesawat karena schedule berangkat sudah tiba. Seperti biasanya perjalanan diatas pesawat udara dimulai dengan fasten your seat belt alias memasang tali pinggang keselamatan. Ketika take off seperti biasanya memang penuh dengan ketegangan , dan ketika pesawat sudah semakin menaikkan ketinggiannya barulah aku merasa tenang, dan menikmati perjalanan udara tersebut dengan pemandangan langit dan awan berarak.


Sekitar 10 menit sebelum mendarat terjadi guncangan yang agak keras didalam pesawat dan terdengar pengumuan dari crew pesawat bahwa terjadi keadaan cuaca buruk sehingga penumpang harus memasang kembali ikat pinggang keselamatannya.. Menjelang pendaratan di bandara Minangkabau Internasional ketegangan berlangsung kembali beberpa saat setelah terlihat landasan dan terasa roda pesawat menyentuh landasan barulah aku merasa lega ketika pesawat sudah melintas di runway . Apalagi setelah tampak dari kaca jendela pesawat Gedung Bandara Minangkabau Internasional.


Ku uturn dari pesawat dengan perasaan senang karena meskipun keturunan orang Sumatera Barat dari Ibu , tetapi seumur hidup baru kali itu aku ke Padang.Di Airport aku mencari Mushola untuk shalat Ashar ketika bertanya seseorang diaraahkan ada diluar ditempat Parkir ku melangkah kesana, tetapi ternyat abelum selesai dibangun.Ketika kutanya pada seorang satpam di Depo Pertamina yang ada diluar Bandara diberitahu bahwa di bandara ada Mushola didekat pintu keluar. Akhirnya tercapai juga niatku untuk menegakkan shalat Ashar pertama kali bumi Minangkabau itu di Mushola Bandara..


Selepas shalat Ashar aku mulai berpikir kemana mencari Mobil Travel yang menuju Payakumbuh, berdasarkan sms terakhir adikku di Jakarta adikku Hikmah yang sakit di rawat di RS Adnan Payakumbuh ,Sumatera Barat. Secara acak aku bertanya kepada sekumpulan remaja yang sedang duduk didekat Mushola dan ketika kutanya dimana saya bisa mendapatkan mobil travel ke Payakumbuh langsung saja di anatr nya ke tempat parkir dimana sebuah mobil Avanza sudah menunggu dengan seorang sopir dan penumpang ada didalamnya.


Setelah kami menunggu agak beberapa lama , barulah mobil berangkat keluar Bandara sampai keluar pintu gerbang kawasan Bandara, berhenti di warung yang menjadi terminal dan kantor travel lokal tersebut. Sambil menunggu waktu berbuka puasa kami menunggu seorang penumpang lagi yang akan berangkat bersama. Baru selepas shalat maghrib dan berbuka puasa kami berenam meninggalkan Bandara menuju Bukit Tinggi sebagai Kota tujuan awal penumpang yang lain.


Sepanjang perjalanan yang sudah mulai gelap memang hanya tampak lalulalang mobil truck dan beberapa mobil pribadi sambil melintasi perkampungan yang remang remang diterangi lampu sepanjang jalan. Setelah melalu jalan berkelok kelok dan mendaki akhirnya kami tiba di Bukit tinggi.Semua penumpang yang tiga orang turun dan tinggal aku sendiri menuju Payakumbuh. Langsung menuju ke RS Adnan dan setibanya disan betapa terkejutnya aku karena tidak ada pasien yang bernama Hikmah atau Hikmawati..


Setelah berkoordinasi dengan adikku Sri di Jakarta aku melaporkan keadaan tersebut akhirnya kau juga berusaha mencari informasi drumah sakit lain di sekitar situ ternyata juga tidak ada nama Hikmah di daftar pasien kritisnya. Dengan sangat kecewa aku putuskan untuk mencari tempat menginap malam itu.Dri informasi selanjutnya kuketahui bahwa adikku yang di Padang itu menelepon ke Jakarta dengan menangis mengatakan bahwa dirinya tidak mau ditemui.


Sebuah pengalaman pahit yang mengorbankan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit kukorbankan untuk menengok seorang adik yang kupikir telah jujur menceritakan keadaannya melalui sms. Ternyata tanpa kukehendaki sms tersebut mungkin hanya rekayasanya belaka untuk dikirimkan sejumlah uang.


Malam itu kumenginap di hotel di Jogja di Bukit Tinggi bersama kedua sopir setelah makan malam di Restoran Simpang Raya. Malam itu sungguh dingin cuacanya bagiku sehingga tidak bisa tidur dan keram dikaki mulai mengganggu disamping pikiranku yang tidak tenang memikirkan kejadian hari itui dan perasaan yang tidak senang karena telah merasa di pecundangi oleh adik sendiri.
Sambil tetap berkorrdinasi dengan adikku di Jakarta aku menunggu kabar selanjutnya tentang keberadaan adikku di Padang tersebut.


Setelah malam itu aku tidak nyenyak tidur sebelum subuh ada yang mengetuk pintu kamarku membangunkan Sahur , karena malam itu perutku masih penuh sehingga Sahur hanya kuisi dengan sebotol Pocari  Sweat yang kubeli di depan Hotel. Setelah subuh aku mencoba tidur kembali , tetapi tidak terlelap juga sampai ku terjaga dipagi hari, Kumelihat pemandangan di luar hotel yang jendelanya sudah dibuka semua, memang indah suasana di kota Bukit Tinggi  dengan gunung gunung yang ada disekitar kota.


Hatiku agar terhibur sedikit dengan pemandangan kota Bukit Tinggi pagi itu, kemudian kami bertiga dengan kedua sopir travel tersebut membahas apa yang seharusnya kita lakukan. Setelah tidak ada kabar selanjutnya dari Jakarta kucoba menelepon handphone adikku di Padang dengan Flexy Combo dan diangkat seorang pria dewasa bersuara berat, yang hanya bertanya ini dimana , bukan dengan siapa nih. Langsung telepon itu diputus olehnya tanpa memeberikan kesempatan saya bertanya. 


Akhirnya kedua sopir travel itu ijin untuk mencari sarapan pagi dan saya tetap mencari cara bagaimana bisa menghubungi atau menemui adik saya di kota Bukit tinggi atau sekitarnya. Baru setelah selesai mandi dapat sms dari adikku yang mengatakan bahwa kaka semua tidak perlu khawatir karena nanti kalau adikku sudah stabil tubuhnya akan diantar ke Jakarta oleh suster ( ? ) yang merwatnya. Lalu aku keluar hotel berusaha mencari informasi ke Polres Bukit tinggi atas saran adikku yang menjadi Polisi di Polda Jakarta .


Sesampainya di Polres Bukit tinggi kutanyakan apakah mengenal nama daerah Reptlang seperti yang tertera di handphone ku sebagai hasil pelacakan posisi handphone adikku di Padang.Tetapi Polres Bukittinggi tidak mengetahui dan tidak mempunyai alat mendeteksi posisi handphone tersebut ,lalu disarankan kekantor telkomsel, Karena waktu ke Polres aku hanya berjalan kaki sambil menikmati suasana kota Bukittinggi yang indah , lalu aku mampir ke RS Stroke disebelahnya berusaha mencaari informasi apakah ada pasien bernama Hikmawati.


Tetapi tetap saja aku tidak menemukan adikku, kemudian sopir tarvel itu mencariku di hotel yang telah kubayar dan kuberitahu lokasiku di RS Stroke, Lalu mereka menyusulku kesana dan mengambil tas dan handphone ku yang kutinggal di Receptionist Hotel. Dari RS Stroke kuajak mereka mencari kantor telkomsel di Bukittinggi dan menanyakan apakah bisa mencari info tentang nama lokasi Reptlang 


Dikantor telkomsel Bukittinggi aku tidak menemukan jawaban kata satpamnya mungkin petugas di Toer telkomsel lebih mengetahui karena ada teknisi disana. Sesampai di Tower telkomsel aku tidak mendapatkan seorang teknisipun karena mereka sedang kelapangan kata seoraang petugas disana. Akhirnya dengan segenap kekecewaan yang mendalam aku putuskanuntuk kembali ke Jakarta tanpa berhasil menemui adikku. 


Ketika tiba saatnya kami berunding masalah ongkos pulang ke Padang dari Bukittingi ada kesalah pahaman kecil antara kami, karena belum ada kesepakatan sebelumnya tentang berapa seharsunya biaya yang harus saya bayar untuk mereka.Seperti pembicaraan kemarinnya memang ada terucap kata sebesar Rp350 ribu rupiah selama 12 jam. 


Tetapi karena aku tidak menggunakan selama itu jadi kuminta pertimbangan bagaimana  kalau separuhnya , dan disetujui sebesar 200 ribu walau malam sebelumnya telah kuberikan 50 ribu jadi aku mberikan sebesar 250 ribu kepadanya. dengan perjanjian mereka boleh menaikkan penumpang lain dijalan. Setelah kusetujui berangkatlah kami ke Airport untuk kembali ke Jakarta.
Sepanjang perjalanan menuju bandar memang pemandangannya indah dan menyenangkan kami banyak berkelakar dan berdiskusi tentang pariwisata daerah Padang dan sekitarnya itu.


Sesampainya di Bandara saya turun lebih dahulu dibandingkan ketiga penumpang lain yang semuanya wanita. dan langsung cek in ke counter Batavia Air untuk mendapatkan boarding Pass dan aku langsung ke Mushola untuk Shalat Zuhur yang tinggal sebentar lagi usai ketika itu. Sambil menunggu keberangkatan aku berkenalan dengan beberapa orang di Mushola yang juga akan berangkat atau baru tiba dan menjemput sanak saudaranya.


Setelah shalat ashar bergegaslah aku ke dalam Bandara untuk cek in dan langsung duduk diruang tunggu sampai pesawat Batavia Air yang akan membawaku kembali ke Jakarta tiba. Masih sempat aku membeli oleh oleh dua bungkus kerupuk Sinjai yang berbumbu pedas di Padang Panjang ketika turun dari Bukittinggi tadi.


Tepat sekitar jam 1630 pesawat Batavia Air mendarat di Minagkabau Airport dan tepat pukul 17.30 pesawat kami take off ke Jakarta , kembali lagi ketegangan terasa ketika take off  sampai akhirnya pesawat melayang diatas pulau pulau  disebelah Sumatera. Sepanjang perjalanan cuaca memang tidak bersahabat , terjadi hujan dan guncangan berkali kali terjadi .Kecemasan semakin menjadi ketika rekan penumpang disampingku yang kebetulan seorang perwira polisi menceritakan bagaimana seluk beluk dunia penerbangan di Indonesia karena temannya seorang pilot.


Tetapi akhirnya setlah melalui kegelapan diperjalanan udara yang menegangkan di pesawat Batavia Air selama 1 jam 20 menit iyu mendaratlah pesawat di Bandara Soekarno Hatta dengan selamat. Lega perasaan dihati setelah mendarat kembali di Jakarta langsung ku sms k erumah mengabarkan keadaanku ke istri tercinta. Kucari lokasi Bus Damri dan turun di UNJ untuk naik Busway ke Matraman.Berakhirlah drama tiga hari Jakarta- Padang -Jakarta tersebut dengan hasil suka dan duka. 



Tidak ada komentar: